Sunday, February 28, 2021

Lounching Produk Djarum Super Next 12

Alhamdulillah proses lounching produk baru Djarum Super Next 12 sudah selesai. Setelah melewati masa 2 Minggu. Minggu pertama adalah Minggu yang berat sedangkan Minggu kedua adalah Minggu yang normal (tidak berat dan tidak ringan)

Kalau sudah melewati Minggu pertama, pekerjaan di Minggu berikutnya sudah lumayan mudah. Sebagian outletnya sudah terisi. Kayak jadwalq di minggu kedua hari Selasa, Rabu, dan Jumat. Mungkin saya lounching hanya 20 outlet sisax sudah terisi minggu lalu. Ceritanya Minggu lalu saya kerja dijalur tigahari itu outletnya hanya ada sekitar 25an outlet. Supaya cukup 35 outlet (kalau bukan lounching 40) saya menyebrang di jalur yang Minggu depan di hari yg sama.


Mungkin kalian belum tahu kalau bukan cuman rindu saja yang berat. Lounching juga berat. Apalagi kalau di target berhasil kosong baru 100% outlet. Dimusim sebelum korona saja sudah tidak mudah bagaimana dengan musim korona seperti skrang. Perputaran ekonomi lambat. Pastinya tantangannya akan lebih banyak lagi. Tapi kami sudah siap. Kami diberikan amunisi untuk bisa dipakai di lapangan. Sisanya tinggal menyiapkan mental.

Amunisinya yaitu selembar kertas yang biasa kami sebut TTR alias Tanda Terima Rokok. Fungsinya untuk membuat eb(ekstra beli), p rbk (pengganti rbk), dirsel (direct selling) dan sk (sampel konsumen). Kalau suatu produk lounching keluar bersamaan dengan TTR nya maka tingkat keberadaannya cepat menyebar sampai kesemua outlet. Tapi kalau tidak ada maka tingkat penyebarannya ke outlet lambat. TTR adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan pemilik produk untuk keperluan promosi. Tapi biayanya bukan berupa uang melainkan berupa rokok. 

Lounching kali ini saya merasa sedikit perbedaan dibandingkan dulu. Sekarang rasanya pemilik kios agak lebih terbuka sama saya. Tidak perlu lama menawarkan, sebelum mentotalkan jumlah rokok pesanannya saya cuman bilang" bunda/om sa kasih masukkan dengan rokok next 2 bungkus ee!", Pemilik kios langsung mengiyakan. Bukan cuman itu saja rata-rata pengambilan kios 2 bungkus bahkan ada yang ambil 5 bungkus. Paling rendah hanya ambil 1 bks saja. 

Pengalaman yang jarang sekali saya dapat selama ini. Dulu jangankan ambil dua bungkus, satu bungkuspun tidak mau😁. Walaupun sudah dibujuk sedemikian rupa sampai minta tolong pun tetap tidak mau. Terpaksa karena tuntutan pekerjaan dan tidak mau satu kios lepas tidak terisi dengan produk baru akhirnya saya mengalah. Saya titip 1 bungkus. Rata-rata kios kalau dititip mereka terima tapi ada juga yang walaupun sudah dititip mereka tetap tidak mau. Sumpah! Kios seperti ini bikin jengkel. Padahal kan mereka tidak beli dan tidak juga rugi kalau terima titipan itu. Malahan kalau laku, keuntungannya buat mereka. Modalnya saja yang dibayarkan. Kalau bisa kios seperti itu hilang saja dari muka bumi. Hehe

Kalau saja mereka tahu rokok yang dititip itu kadang dr kantung pribadi saya sendiri kalau sudah terlalu banyak kios yang tidak mengambil. Jatah titip hanya 5 kios. Berasal dari jatah sampel konsumen yang dialihkan ke kios. Sebenarnya bisa saja kita lewati kios semacam itu asalkan jumlah kios dalam satu jalur banyak (diatas 35) tapi kalau hanya dibawah 30 nanti jumlah outletnya berkurang. 

Saya berpikir mungkin perubahan perilaku kios kepada saya ini ada kaitannya dengan perubahan keseharian yang saya lakukan. Sudah beberapa bulan ini memang saya sudah memperbaiki kegiatan keseharian terutama tentang ibadah. Setiap petang selalu saya rutinkan untuk membaca dzikir panjang sehabis shalat yang saya baca dari buku doa dan dzikir kenang-kenangan dari biro perjalan haji dan umrah. Dzikirnya sama persis dengan dzikir yang dibaca oleh Almarhum Bapak saya setelah shalat. Saya masih hafal bacaan dzikirnya tapi tidak hafal urutannya. Bacaan dzikir itu ada di alam bawah sadar saya sebab dulu kita sekeluarga selalu shalat berjamaah bersama-sama. Bapak yang jadi imam. Setelah shalat magrib belum bisa bubar, lanjut dengan dzikir. Kita mendengarkan baik-baik. Kalau masih ada waktu terisi diisi dengan mengaji sampai masuk waktu isya baru bisa bubar. Semoga Allah SWT merahmati Bapakku Drs. Abbas Noor. 

Masih banyak yang kurang dalam ibadahku. Saya belum bisa shalat shubuh tepat waktu. Selalu kesiangan. Shalat dzuhur dan ashar saya juga selalu tidak khusyu. Pikiran melayang kemana-mana. Durasinya juga cepat sekali. Kadang saya tidak tahu surat apa yang saya baca. Saya ingin memperbaiki ibadah saya bukan supaya dipermudah urusan dunia tapi agar ibadah yang saya lakukan itu tidak sia-sia dan bernilai pahala untuk orangtuaku, untuk diriku di akhirat nanti. 

Baca Selengkapnya ...